Mengenali Risiko Sunat pada Usia Dewasa
Mengenali Risiko Sunat pada Usia Dewasa
Selasa, 12 Desember 2023 11:16 WIB | 1.111 views

Sunat, juga dikenal sebagai khitan atau sirkumsisi, adalah prosedur pemotongan bagian kulit kepala penis atau kulup. Meskipun sunat umumnya dianggap sebagai tindakan penting untuk menjaga kesehatan organ reproduksi pria, terutama pada usia anak-anak, terdapat situasi di mana sunat baru dilakukan pada usia dewasa.

Tentu saja, pertanyaan muncul mengenai usia yang ideal untuk melakukan sunat pada pria dewasa. Menurut Ketua Umum Asosiasi Khitan Indonesia (ASDOKI), standar usia ideal untuk sunat telah mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Saat ini, pria dapat menjalani sunat mulai dari usia 7 hari setelah lahir hingga idealnya 12 tahun, dibandingkan dengan usia antara kelas 3 hingga kelas 6 SD seperti sebelumnya.


Berikut adalah beberapa risiko yang dapat muncul ketika sunat dilakukan pada usia dewasa dilansir dari laman halodoc:

  1. Kulit kepala atau kulup penis pada remaja dan pria dewasa cenderung lebih kaku.

  2. Penis pada remaja dan pria dewasa lebih rentan terhadap ereksi, membuat eksekusi sunat menjadi lebih sulit.

  3. Risiko infeksi dan perdarahan setelah sunat, termasuk penggumpalan darah pada batang penis.

  4. Kemungkinan sayatan lebih mudah terlepas, meskipun insiden ini jarang terjadi.

  5. Stenosis meatal, yaitu penyempitan lubang kencing.

  6. Cedera pada penis, kelenjar, dan uretra.

  7. Penoscrotal webbing, di mana kulit penis dan skrotum menyatu, bisa terjadi sebagai efek samping sunat pada usia dewasa.


Proses penyembuhan setelah sunat pada usia dewasa melibatkan pembengkakan dan memar di sekitar penis, yang umumnya berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari setelah operasi.

Kompres es dapat membantu mengurangi pembengkakan, namun perlu diingat untuk tidak langsung menyentuhkan es batu pada kulit. Perban bersih pada hari-hari awal pemulihan membantu mengurangi risiko infeksi.


Pemulihan secara keseluruhan biasanya memakan waktu dua hingga tiga minggu, dengan beberapa individu memerlukan waktu lebih lama untuk kembali beraktivitas normal. Penting untuk mendapatkan izin dari dokter sebelum kembali melakukan aktivitas fisik normal, termasuk olahraga, setidaknya empat minggu setelah prosedur.


Tindakan sunat yang dilakukan tidak terlalu ditunda dapat membantu mengurangi risiko dan melindungi pria dari berbagai kondisi medis yang berpotensi berbahaya, termasuk infeksi saluran kemih, balanitis, dan penularan penyakit menular seksual.



(Foto/Gambar: Ilustrasi pria dewasa yang belum disunat/halodoc.com)



Berikan Komentar Via Facebook