Bicara soal permainan, mungkin anak-anak jaman sekarang akan lebih banyak membicarakan nama video game atau permainan modern lainnya. Sementara, pada tahun 1970-an permainan tradisional banyak dimainkan oleh anak-anak Indonesia.
Munculnya sejumlah alat teknologi seperti gadget membuat permainan tradisional tergeser. Padahal, permainan tradisional lebih mudah, hemat biaya, mengutamakan kebersamaan, kecerdasan, dan ketangkasan.
Berikut ini ada 11 permainan tradisional yang bisa mulai kita lestarikan kembali, dikutip dari buku Permainan Tradisional Anak Nusantara yang diterbitkan oleh Kemendikbud dan Badan Bahasa karya Rizky Yulita:
1. Hompimpa atau Gambreng
Hompimpa atau gambreng dilakukan untuk mengawali berbagai permainan lainnya. Dalam budaya Jawa, hompimpa dilakukan sembari mengucapkan kalimat "Hompimpa alaium gambreng".
Sementara dalam budaya Betawi, hompimpa diucapkan dengan kalimat "Hompimpa alaium gambreng, Mpok Ipah pakai baju rombeng". Inilah mengapa hompimpa sering disebut juga dengan permainan gambreng.
Aturan Permainan:
Permainan ini dilakukan oleh lebih dari 2 orang dan secara serentak. Hompimpa diucapkan dengan letak tangan berhimpitan. Ucapkan "Hompimpa alaium" sambil mengepakkan telapak tangan, dan saat "gambreng" maka masing-masing anak membalikkan tangan atau tidak membalikkannya. Warna tangan apa yang paling sedikit, dialah yang menjadi pemenang.
2. Lompat Karet
Permainan dari karet gelang sangat digemari oleh anak-anak. Sebelum bermain, anak-anak harus mampu mengepang terlebih dahulu karetnya sehingga menjadi sebuah tali yang panjang.
Aturan Permainan:
Permainan ini bisa dimainkan oleh 1 orang atau lebih. Jika bermain sendiri, kedua ujung karet bisa dipegang sendiri menggunakan kedua tangan dan mulai memutarkan talinya ke bawah ke atas.
Jika bermain beramai-ramai, 2 orang harus memegang karet dari masing-masing ujung. Dua orang tersebut akan memutar tali karet sesuka hati, bisa searah jarum jam atau berlawanan.
Anggota permainan akan melompati tali karet tersebut sesuai giliran masing-masing. Pemain yang terkena tali karet saat melompat, dianggap kalah sehingga harus berhenti bermain dan bertukar dengan temannya.
3. Engklek
Siapa yang tak mengenal permainan ini? Engklek atau gacok merupakan permainan tradisional di Indonesia yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Gacok dapat berupa batu atau keramik yang besarnya berkisar 5-7 cm atau lebih, yang dibuat pipih dan tidak tajam.
Aturan Permainan:
Batasi lokasi bermain dengan garis kotak-kotak menggunakan kapur atau batu bata. Buat enam kotak dari atas ke bawah. Pada kotak kelima, buat lagi kotak kanan dan kiri sehingga membentuk seperti huruf T.
Pemain boleh 2 orang atau lebih. Pemain harus melempar batu dari kotak terdekat atau kotak pertama. Jika batu tidak meleset, pemain boleh melanjutkan dengan melangkahi kotak pertama sambil jinjit satu kaki. Siapa yang sampai ke kotak akhir terlebih dahulu, ialah pemenangnya.
4. Gundu
Bermain kelereng sering juga disebut dengan permainan gundu atau guli. Di daerah Jawa, permainan ini disebut bermain nekeran, di Palembang disebut ekar, dan di Banjar disebut kleker. Permainan ini banyak diminati oleh anak laki-laki, tetapi kadang anak perempuan ikut bermain juga.
Aturan Permainan:
Buatlah sebuah lingkaran dan letakkan semua kelereng dalam lingkaran. Secara bergiliran, pemain harus membidik kelereng dari luar lingkaran. Kelereng hasil bidikan yang keluar dari lingkaran akan menjadi milik pemain. Syaratnya, kelereng yang digunakan untuk membidik tidak boleh berhenti dalam lingkaran
5. Layang-Layang
Bermain layang-layang sangat menyenangkan apalagi jika diterbangkan tinggi di udara. Bermain layang-layang bisa dilakukan sendiri atau bersama teman. Biasanya, permainan ini dilakukan saat cuara cerah.
Hembusan angin akan membantu layang-layang segera terbang ke langit. Layang-layang bisa didapatkan di pasar, bisa juga dibuat sendiri. Cara menerbangkannya menggunakan benang.
Aturan Permainan:
Menerbangkan layang-layang harus di tempat terbuka dan dalam cuaca berangin. Permainan ini menuntut keahlian menerbangkan layang-layang. Pemain harus bisa mengira-ngira hembusan angin apakah kencang atau tidak, untuk dapat mengambil keputusan menarik atau mengulur benang layangannya.
6. Congklak
Permainan yang dimainkan 2 orang ini cukup populer di tanah Jawa. Orang Jawa menyebutnya dengan bermain dakon, sedangkan warga Sumatra menamainya congklak. Permainan ini disebut dentuman di Lampung dan mokaotan di Sulawesi.
Permainan ini menggunakan papan kayu yang diberi lubang sesuai kebutuhan. Biji congklak bisa berupa biji-bijian atau kerikil kecil. Jumlah biji-bijian congklak beragam, sesuai kebutuhan permainan.
Dua baris lubang pada papan congklak berjumlah 14 dengan masing-masing pemain punya 7 lubang. Satu lubang berisi 4 biji congklak. Ada 2 lubang besar di bagian ujung papan untuk menyimpang biji yang tersisa.
Aturan Permainan:
Pemain pertama membagikan biji dari satu lubang ke lubang lain, termasuk milik lawan. Jika biji terakhir berakhir di lubang yang masih ada biji congklak, biji tersebut diambil dan disebarkan kembali pada lubang lainnya.
Namun jika biji terakhir jatuh pada lubang yang kosong, pemain dianggap "mati" atau berhenti sejenak. Giliran pemain lawan melakukan hal yang sama sampai ia berhenti pada lubang yang tak ada bijinya.
7. Ular Naga
Nyaris semua anak pasti pernah memainkan permainan ular naga yang dilakukan oleh 5 atau 8 anak ini. Permainan dilakukan dengan kompak.
Dua orang anak saling berpegangan bertugas sebagai pintu gerbang. Anak-anak yang lain berpegangan pada pundak orang di depannya, membentuk ular.
Aturan Permainan:
Sebelum bermain, dilakukan hompimpa. Dua orang yang terakhir kalah menjadi pagar atau gerbang. Pemain yang pertama menang hompimpa akan menjadi induk naga. Dia berada paling depan, diikuti pemain lain di belakangnya.
Ular naga berjalan mengelilingi pagar sambil semua bernyanyi "Ular naga panjangnya bukan kepalang. Menjalar-jalar selalu kian kemari. Umpan yang lezat itulah yang dicari. Kini dianya yang terbelakang." Ketika lagu selesai, gerbang akan menurunkan tangan dan menangkap salah satu pemain dengan cepat.
Anak yang ditangkap akan diminta memilih pagar mana yang ingin diikutinya sampai ular naga habis. Setelah itu, pagar yang memperoleh anak paling sedikit harus kejar-kejaran merebut anak paling belakang pagar lainnya. Namun tidak boleh ada yang lepas dari pegangan di pundak satu sama lain.
8. Gasing
Permainan gasing sangat digemari anak laki-laki. Permainan ini membutuhkan tanah yang keras karena gasing hanya berputar dengan maksimal pada tanah yang keras. Gasing zaman dahulu bisa dibuat dari kayu. Di kampung-kampung, gasing dibuat dari cabang pohon nangka atau pohon gading.
Aturan Permainan:
Permainan ini membutuhkan seutas tali untuk dililitkan pada bagian pucuk atas gasing. Lalu tali ditarik sekuat mungkin agar gasing yang jatuh ke tanah dan mampu berputar kencang. Gasing bisa dimainkan sendiri atau bersama teman-teman dengan bertanding siapa yang paling lama putaran gasingnya.
9. Egrang
Bermain egrang cukup menantang dan seru. Kamu bisa merasakan berjalan dengan ketinggian. Peralatan yang digunakan adalah 2 buah bambu yang berukuran sama besar, kira-kira 2-3 meter dengan pijakan yang sama tinggi pada masing-masing bambu.
Aturan Permainan:
Naikkan kedua kaki pada bagian tempat kaki sembari kedua tangan berpegangan pada gagang egrang. Tidak mudah menjalankan permainan ini sebab dibutuhkan keahlian dalam keseimbangan badan.
Permainan ini bisa dilakukan bersama teman seperti siapa yang paling lama bertahan di atas egrang, atau siapa yang lebih dulu mencapai garis finis dengan egrang yang menjadi pemenang.
10. Petak Umpet
Kamu pasti pernah bermain petak umpet. Permainan satu ini tak pernah lekang oleh waktu. Petak umpet akan selalu seru dan dimainkan dari zaman ke zaman. Permainan ini cukup populer pada salah satu episode kartun Upin & Ipin.
Aturan Permainan:
Permainan ini bisa dimainkan minimal dua orang. Pertama, peserta melakukan hompimpa terlebih dahulu untuk menentukan siapa yang harus berjaga. Orang yang berjaga harus menutup mata dan menghitung dari 1-10, kemudian yang lain bersembunyi. Setelah selesai menghitung, barulah mencari keberadaan teman yang lain.
11. Gobag Sodor
Permainan ini juga sangat familiar terutama pada pelajaran olahraga di Sekolah Dasar (SD). Permainan ini selain membutuhkan kerja sama juga harus gesit melewati sang penjaga garis agar tidak ditangkap. Biasanya, gobag sodor dimainkan 8-10 anak yang terbagi menjadi 2 kelompok.
Aturan Permainan:
Buat garis kotak pada lapangan, kemudian tambahkan garis horizontal dan vertikal tepat pada tengahnya. Tiap kelompok memilih salah satu anak sebagai kapten. Kedua kapten pingsut ibu jari untuk menentukan yang bertugas menjadi penjaga garis.
Setelah itu, kapten akan membagi timnya untuk berjaga di tiap garis dengan posisi zig-zag. Strategi ini bertujuan agar lawan sulit lolos untuk masuk dari kotak satu ke kotak lainnya. Tim akan mendapatkan poin jika berhasil sampai di garis finis atau keluar dari kotak. Tim siapa yang mendapatkan poin terbanyak akan jadi pemenangnya.
Itulah tadi beragam permainan tradisional. Pasti kamu sudah cukup mengenal beberapa permainan ini semasa kecil kan? Kini, waktunya kenalkan kembali ke lingkunganmu agar dapat dilestarikan!