Kekerasan seksual terhadap anak adalah isu sosial yang serius dan terus meningkat di seluruh dunia. Masalah ini tidak hanya terkait dengan kejahatan, tetapi juga berdampak pada aspek psikologis, sosial, dan kesehatan anak.
Sebagai orang tua, sangat penting untuk memahami akar masalah, dampak yang ditimbulkan, serta langkah-langkah pencegahan dan penanganan kekerasan seksual pada anak. Data dari UNICEF dan WHO menunjukkan peningkatan jumlah kasus kekerasan seksual pada anak setiap tahunnya.
Di Indonesia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat ribuan laporan kasus kekerasan seksual setiap tahun, mencakup berbagai bentuk mulai dari pelecehan hingga pemerkosaan. Angka ini hanya mewakili sebagian kecil dari kenyataan, karena banyak kasus yang tidak dilaporkan akibat ketakutan, stigma sosial, atau kurangnya pengetahuan tentang hak-hak anak.
Anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual sering mengalami trauma mendalam dan berkepanjangan. Secara sosial, mereka mungkin kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa, serta berisiko lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku berisiko atau mengalami kesulitan di sekolah.
Karena itu, orang tua perlu mengenali tanda-tanda kekerasan seksual pada anak dan memberikan intervensi yang tepat. Pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat juga menjadi langkah penting dalam mencegah kekerasan seksual terhadap anak.
Bentuk Kekerasan Seksual pada Anak
Mengutip dari laman NSPCC, kekerasan seksual pada anak dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu fisik dan non-fisik.
1. Kekerasan Seksual Fisik
Kekerasan fisik terjadi ketika pelaku melakukan tindakan fisik terhadap anak atau memaksa anak melakukan tindakan yang tidak diinginkan dengan orang lain. Contohnya termasuk sentuhan seksual, pemaksaan untuk melakukan aktivitas seksual, atau eksploitasi anak untuk melakukan tindakan seksual.
2. Kekerasan Seksual Non-Fisik
Kekerasan non-fisik terjadi ketika anak mengalami kekerasan tanpa disentuh oleh pelaku, baik secara langsung maupun online. Ini bisa berupa memperlihatkan konten pornografi kepada anak, memaksa anak melakukan aktivitas seksual online, atau eksploitasi seksual anak melalui internet.
Tanda-tanda Anak Mengalami Kekerasan Seksual
Menurut laman NHS, berikut adalah tanda-tanda yang bisa menunjukkan anak mengalami kekerasan seksual:
1. Perubahan Perilaku
Anak mungkin menjadi lebih agresif, menarik diri, mengalami kesulitan tidur, atau sering mengalami mimpi buruk.
2. Menghindari Pelaku Kekerasan
Anak menunjukkan ketidaksukaan atau rasa takut terhadap orang tertentu dan berusaha menghindarinya.
3. Perilaku Seksual yang Tidak Pantas
Anak mungkin menunjukkan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan usianya atau menggunakan bahasa seksual yang tidak semestinya.
4. Masalah Kesehatan Fisik
Korban kekerasan seksual mungkin mengalami nyeri di area genital, infeksi menular seksual, atau kehamilan.
5. Masalah di Sekolah
Anak mungkin kesulitan berkonsentrasi, mengalami penurunan prestasi akademik, dan cenderung absen.
6. Perubahan Emosional
Anak bisa menjadi lebih emosional, tertutup, atau merasa takut dalam jangka waktu yang lama.
7. Petunjuk dari Anak
Anak mungkin memberikan isyarat atau petunjuk tentang kekerasan yang dialaminya tanpa mengungkapkannya secara langsung.
Cara Menyikapi Anak yang Mengalami Kekerasan Seksual
Ketika anak mengalami kekerasan seksual, berikut dilansir dari laman HaiBunda langkah-langkah yang bisa dilakukan:
Dengarkan dengan seksama apa yang dikatakan anak.
Jangan memaksa anak untuk berbicara, biarkan mereka berbicara dengan bebas.
Pastikan anak tahu bahwa mereka tidak bersalah dan Anda akan menanggapi hal ini dengan serius.
Hindari konfrontasi langsung dengan pelaku yang dicurigai.
Laporkan kejadian ini sesegera mungkin dan pastikan anak mendapatkan perhatian medis jika diperlukan.
Dampak Kekerasan terhadap Tumbuh Kembang dan Kesehatan Mental Anak
Menurut NHS, kekerasan seksual bisa menyebabkan dampak fisik dan emosional yang serius, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam jangka pendek, anak bisa mengalami infeksi menular seksual, cedera fisik, atau kehamilan yang tidak diinginkan. Dalam jangka panjang, anak bisa rentan terhadap depresi, kecemasan, gangguan makan, PTSD, menyakiti diri sendiri, terlibat dalam perilaku kriminal, dan memiliki risiko bunuh diri.
Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat membantu melindungi anak-anak dari kekerasan seksual.
Ilustrasi kekerasan seksual pada anak (Foto: Getty Images/iStockphoto/mrohana)