Setiap orang tua memiliki gaya pengasuhan yang berbeda-beda, dan mereka memiliki kebebasan untuk menentukan cara terbaik dalam membesarkan anak mereka. Namun, pentingnya kualitas pola asuh orang tua sangatlah besar karena pola asuh yang kurang baik dapat berdampak negatif pada perkembangan anak, terutama bagi ibu.
Para peneliti meyakini bahwa pola asuh yang tidak baik merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat saat ini. Dari segi psikologis, pola asuh yang buruk dapat menyebabkan gangguan dalam proses tumbuh kembang dan kesehatan mental anak.
Ada dua jenis masalah kesehatan mental yang mungkin timbul akibat pola asuh yang tidak tepat, yaitu masalah internalisasi seperti depresi, kecemasan, atau gangguan kepribadian. Anak-anak yang terpapar pola asuh yang tidak sehat juga berisiko mengalami masalah eksternalisasi, seperti perilaku agresif atau kekerasan.
7 Sikap Orang Tua yang Menimbulkan Stres pada Anak
Tanpa disadari oleh banyak orang tua, pola asuh yang tidak tepat dapat menciptakan sikap negatif pada anak, yang pada akhirnya dapat menyebabkan anak merasa tertekan.
Berikut dilansir dari laman HaiBunda adalah 7 sikap orang tua yang mungkin membuat anak merasa tertekan, dan ibu perlu memahaminya:
1. Menghindari kegagalan anak
Orang tua yang terlalu melibatkan diri dalam kehidupan anak (dikenal juga sebagai orang tua helikopter) seringkali dapat menyebabkan lebih banyak kerugian daripada manfaat bagi anak mereka. Mereka cenderung mengambil alih kontrol atas keputusan anak dan melakukan terlalu banyak hal untuk mereka, yang pada akhirnya menghambat proses pembelajaran anak.
Beberapa orang tua yang berlebihan dalam mengontrol cenderung merasa cemas. Mereka menjadi terlalu protektif dan selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka tanpa membiarkan mereka mengalami kegagalan.
2. Disiplin yang terlalu ketat
Orang tua yang menerapkan disiplin secara kaku atau otoriter seringkali tidak memberikan kesempatan bagi anak-anak mereka untuk menjelajahi dunia mereka dengan bebas. Hal ini seringkali membuat anak merasa takut, cemas, atau bahkan memberontak.
3. Mempermalukan anak
Menurut Healthline, mempermalukan anak baik di depan umum maupun secara pribadi dapat membuat mereka berkembang dengan ketakutan akan kegagalan. Hal ini dapat menyebabkan masalah depresi atau kecemasan di masa depan.
4. Kritik tanpa menghargai usaha anak
Orang tua yang tidak pernah memberi pujian atas prestasi anak dan tidak menunjukkan rasa bangga atas usaha keras mereka dapat membuat anak merasa tertekan. Selain itu, sikap yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap tindakan anak juga dapat meninggalkan kesan negatif pada mereka. Jika pendapat dan perasaan anak diabaikan dan tidak ditangani dengan baik, hal ini dapat berdampak buruk pada anak.
5. Mengandalkan hukuman
Disiplin seharusnya berfungsi sebagai pembelajaran, bukan hukuman. Mengandalkan hukuman sebagai satu-satunya cara untuk mendisiplinkan anak merupakan tanda pola asuh yang malas. Mendisiplinkan anak dengan hukuman tidak akan mengajarkan mereka hal yang baik. Mengandalkan hukuman dapat membuat anak menggunakan intimidasi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan ini dapat mengajarkan kepada mereka bahwa sikap agresif adalah solusi yang dapat diterima dalam menyelesaikan masalah.
6. Membandingkan dengan anak lain
Orang tua yang terus-menerus membandingkan anak mereka dengan anak lain juga perlu dihindari. Perbandingan dapat berdampak buruk pada perkembangan anak dalam belajar, dan dapat menyebabkan orang tua merasa tidak puas dan selalu merasa kalah dalam memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka.
7. Tidak memberi anak kesempatan untuk mengambil keputusan
Orang tua yang tidak memberikan anak mereka kesempatan untuk mengambil keputusan karena meragukan kemampuan atau kepercayaan pada anak mereka sebenarnya dapat menghambat perkembangan rasa percaya diri anak. Hal ini juga dapat membuat mereka sulit untuk membuat keputusan sendiri dan menetapkan batasan yang sehat dalam hubungan di masa depan.
Dampak pada Anak yang Merasa Tertekan
Anak-anak yang merasa tertekan cenderung akan kesulitan menghadapi kehidupan mereka di masa depan. Selain masalah kesehatan mental, mereka juga dapat mengalami kesulitan tidur.
Berikut adalah beberapa konsekuensi atau risiko yang mungkin terjadi jika orang tua memberikan tekanan berlebihan pada anak-anak mereka, seperti yang dikutip dari Very Well Family:
1. Masalah kesehatan mental
Anak-anak yang merasa tertekan terus-menerus berisiko mengalami kecemasan kronis. Tingkat stres yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya.
2. Kecenderungan untuk berbohong dan berbuat curang
Anak-anak yang hanya fokus pada pencapaian daripada pembelajaran cenderung akan cenderung berbohong dan berbuat curang. Contohnya adalah menyontek saat ujian.
3. Enggan berpartisipasi
Anak-anak yang merasa tujuannya adalah untuk selalu menjadi yang terbaik mungkin enggan berpartisipasi jika mereka tidak menjadi pusat perhatian. Hal ini dapat menghambat pengembangan keterampilan mereka.
4. Masalah harga diri
Mendorong anak untuk selalu mencapai prestasi tertentu dapat merusak harga diri mereka. Stres yang terus-menerus dalam mencapai target dapat menghambat perkembangan identitas anak-anak dan membuat mereka merasa tidak cukup baik.
5. Kurang tidur
Anak-anak yang merasa tertekan dengan tekanan untuk berprestasi mungkin akan kesulitan tidur. Mereka mungkin akan terjaga hingga larut malam untuk belajar, yang pada akhirnya dapat menyebabkan masalah tidur yang serius.
Ilustrasi anak tertekan (Foto: jcomp/Freepik)