Banyak yang belum mengetahui fakta-fakta mengenai sunat. Sunat, yang juga dikenal sebagai khitan, merupakan prosedur pengangkatan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis (preputium). Di Indonesia, sunat sering kali dijadikan sebagai bagian dari tradisi budaya, praktik agama, upaya menjaga kebersihan pribadi, atau sebagai pencegahan terhadap penyakit.
Sunat tidak hanya dilakukan pada bayi atau anak laki-laki, namun juga dapat dilakukan pada laki-laki dewasa. Namun, semakin tua seseorang, semakin kompleks dan berisiko proses sunat yang dilakukan.
Berikut adalah beberapa fakta mengenai sunat yang penting untuk diketahui dilansir dari laman Halodoc:
1. Parafimosis, Bukan Disunat Jin
Beberapa orang masih meyakini adanya praktik "disunat jin". Namun, dalam konteks medis, kondisi seperti ini disebut parafimosis. Ini terjadi ketika kulit preputium tertarik ke belakang, melipat, dan menjerat batang penis, sehingga tidak dapat ditarik kembali ke posisi semula. Sunat bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi parafimosis. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, parafimosis bisa menyebabkan komplikasi serius seperti gangguan aliran darah ke penis.
2. Sunat untuk Pencegahan Penyakit
Pria yang tidak disunat dapat mengalami penumpukan uap air di antara penis dan kulup, menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan bakteri. Penelitian menunjukkan bahwa penis yang tidak disunat memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi bakteri tertentu, seperti gonore (kencing nanah), kanker penis, dan uretritis. WHO juga mencatat bahwa sunat dapat mengurangi risiko penularan penyakit menular seksual dan HIV.
3. Kompleksitas Kulup
Preputium, atau kulup, merupakan bagian kulit penis yang mengandung jaringan otot, pembuluh darah, saraf, serta membran mukosa yang menjaga kelembapan. Kelembaban ini bisa menjadi tempat berkembang biak bagi bakteri dan menjadi masalah kebersihan. Kulup juga mengandung sel-sel imun yang dapat menjadi target bagi virus HIV. Oleh karena itu, sunat dilakukan untuk mengurangi risiko penyakit dengan menghilangkan sebagian atau seluruhnya dari kulup.
4. Sunat dan Pertumbuhan Anak
Beberapa orang percaya bahwa sunat dapat memengaruhi pertumbuhan anak. Namun, sunat tidak memiliki hubungan langsung dengan pertumbuhan atau perkembangan fisik anak. Faktor seperti hormon pertumbuhan, nutrisi, dan faktor genetiklah yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. Potensi Komplikasi
Meskipun sunat dianggap sebagai prosedur yang sederhana, tidak berarti bahwa tidak ada risiko komplikasi. Komplikasi yang mungkin terjadi termasuk perdarahan setelah prosedur, infeksi pada luka bekas sunat jika tidak dirawat dengan baik, reaksi alergi terhadap obat bius yang digunakan, serta masalah kesehatan lain yang dapat muncul akibat luka bekas sunat.
Jika kamu mengalami masalah kesehatan setelah menjalani sunat, penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Semoga informasi ini bermanfaat bagi kamu.
(Foto/Gambar: Ilustrasi sunat pada bayi/Dok. yoglimogli/Getty Images/iStockphoto)